|
Agustinus Naon (tengah) |
Bengkayang Beranda Kalbar-Kaltim. Pembangunan infrastruktur jalan darat yang
menghubungkan Kutai Timur dengan Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalbar, hingga
awal Agustus 2012 ini belum tembus. Kondisi ini mengharuskan pejabat Bengkayang
harus melewati Pulau Jawa dulu bila ingin bertemu saudara sepulaunya
(Kalimantan) di Sangatta.
“Kedengarannya memang sedikit aneh, tapi faktanya memang
demikian. Untuk bertemu saudara satu pulau, harus melewati Jakarta, Pulau Jawa
dulu, baru bisa. Kalau tidak melewati Pulau Jawa, kita-kita ini tak bisa saling
kunjung mengunjungi,” ungkap Agustinus Naon, Wakil Bupati Bengkayang di
Sangatta, Kutai Timur, Kamis (2/8).
Mantan Kepala BKD Kabupaten Bengkayang ini melanjutkan,
ketemuanya kadang hanya di Pulau Jawa sana. Padahal kita ini sama-sama tinggal
di Pulau Kalimantan. Aneh kan tapi begitu kondisinya.
Dalam diskusi yang disimak pejabat dari dua kabupaten
(Kutim-Bengkayang) ini, suasana tatap muka yang dilangsungkan di lantai 2 Ruang
Tempudau, Kantor Bupati, Bukit Pelangi, cukup hangat.
Agustinus Naon menyebutkan, Bengkayang lebih dulu
dimekarkan berdasarkan Undang Undang Nomor 10 Tahun 1999 tanggal 27 April 1999.
Sedangkan menurut Bupati Isran Noor, Kutim dimekarkan
berdasarkan Undang Undang Nomor 47 Tahun 1999 tanggal 12 Oktober 1999.
Sehingga Bengkayang lebih tua lima bulan dari Kutim. Tapi
umurnya hampir sama. Dua kabupaten pemekaran, yakni Kutim dan Bengkayang,
berada dalam satu pulau.
Ada yang terletak di bagian barat dan ada pula yang
terletak di bagian timur Kalimantan. Tetapi soal karakteristik wilayah hampir
sama.
Bedanya, di Bengkayang tidak ada batu bara. Penduduknya
pun heterogen.
“Tapi bertemu dengan saudara sepulau, susahnya minta
ampun. Harus lewat Jawa dulu. Makan di Jawa sana, bayar retribusi dan sebagainya,
berarti kita menambah PAD atau pendapatan asli daerah di Jawa,” kesalnya.
Sementara Bengkayang sendiri PAD-nya masih sedikit.
Itulah yang mendorong Pemkab Bengkayang rela menempuh perjalanan jauh untuk
bertemu saudara sepulaunya.
Agustinus Naon menyatakan, kendati seperti itu, hingga
saat ini orang Kalimantan belum pernah minta merdeka.
“Zaman Presiden Soekarno dulu, memang pernah direncanakan
ibu kota negara Indonesia di Kalimantan Tengah. Tapi itu tidak ada
realisasinya,” ucapnya.
Karena mungkin sewaktu itu, presiden pertama Indonesia
ini sudah mengetahui bahwa pulau Kalimantan bebas dari bencana gempa. Namun
zaman Orba atau orde baru, bukan ibu kota yang dipindah, tapi orang Jawa banyak
ikut transmigrasi. Selamatkan orang Jawa dari gempa.
Bupati Isran Noor menyambut baik kunjungan Pemkab
Bengkayan di Sangatta. Katanya, antara Bengkayang dan Kutim memiliki banyak
persamaan.
Di antaranya, bupatinya sama-sama Ketua DPD Partai
Demokrat. Yakni ketua DPD Partai Demokrat Kalbar, sementara Isran adalah ketua
DPD Partai Demokrat Kaltim.
Kutim dan Bengkayang juga sama-sama memiliki wilayah
perairan, pulau dan darat. Penduduknya pun ada suku Jawa, Bugis, Dayak, Madura,
Batak, dan suku lainnya.
Jadi Kutim adalah miniatur Indonesia. Bagus sekali kalau
jalinan komunikasi untuk membangun dua kabupaten pemekaran terus dikembangkan.
“Silahkan apa-apa saja yang diperlukan, kami siap
membantu,” tutur Isran Noor dalam sambutannya.
Wakil Bupati Bengkayang bersama Camat dan kepala SKPD
lainnya di lingkungan Pemda Bengkayang berangkat ke Kutim untuk belajar. (cah/humas bky)