oleh: Yopi Cahyono
Bengkayang. Kecamatan Jagoi Babang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bengkayang yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Sudah banyak kejadian baik pahit dan manis di daerah perbatasan tersebut. Selama NKRI merdeka, daerah perbatasan kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Kurang lebih 75 persen warga Jagoi membeli beras Malayisa.
Ahau Kadoh, Ketua Forum Masyarakat Adat dayak Perbatasan Kecamatan Jagoi Babang mengatakan, sebanyak 270 kepala keluarga di Dusun Babang Desa Jagoi mayoritas mata pencaharian warganya ialah petani.
“Masyarakat di sini bercocok tanam masih menggunakan tradisional seperti mengelola sawah, sahang (lada, Red), dan karet. Hidup di daerah perbatasan terasa tertekan karena faktor ekonomi,” ungkap Ahau ditemui Equator dikediamnnya, belum lama ini.
Mantan Kades Jagoi ini menjelaskan, alasan hidup di daerah perbatasan tertekan karena tidak sesuai dengan pendapatan untuk mencukupi kehidupan sehari-hari. Harga sembako menjulang tinggi dan berharap bantuan disegala bidang tetapi tak kunjung datang.
Sebanyak 70 hektar lahan masyarakat yang siap di garap, sudah lama kami mengajukan ke Dinas Pertanian untuk meminta bantuan tractor. Tetapi sampai saat ini masih belum dapat kepastian dan bantuan belum datang.
Seharusnya pemerintah baik itu Pemkab, Pemprov, maupun pusat memperhatikan wilayah perbatasan, jangan sampai ada warga negara Indonesia yang pindah ke Malaysia karena tidak pernah di perhatikan oleh pemerintah.
“Kurang lebih 75 persen warga Jagoi membeli beras Malayisa. Hal ini dikarenakan selama ini masyarakat bercocok tanam padi dengan cara tradisional baik itu berladang maupun sawah. Hasilnya tidak memuaskan sehingga mau tidak mau membeli beras negeri jiran,” beber Ahau.
Selain membeli beras Malaysia, warga jagoi juga berharap banyak pada beras miskin yang disalurkan bulog kepada rakyat. Walaupun rasa saat memakan beras raskin tidak enak, tetapi mau tidak mau demi kelangsungan hidup harus terima. (cah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar