Kamis, 16 Februari 2012

Babi Berkeliaran DI SDN Malu Melayan

 Bengkayang. Komite sekolah di Kabupaten Bengkayang bertindak sesuai dengan fungsi dan saling bekerjasama dengan pihak sekolah untuk mewujudkan sekolah bermutu sesuai yang diharapkan. Bersama sama dengan sekolah dan masyarakat, Komite Sekolah juga berperan penting untuk menjaga kondisi sekolah untuk tetap baik.
Komite Sekolah SDN 09 Malu Jelayan, Kecamatan Teriak, S.Tiampat mengatakan, pihaknya bekerjasama dengan pihak sekolah dengan merangkul masyarakat untuk menjaga sekolah dan lingkungan dari serangan binatang liar, seperti babi liar milik masyarakat.
"Penertiban babi liar yang dipelihara masyarakat ini kami lakukan setelah berkomunkasi dengan pihak sekolah dan masyarakat. Penertiban babi liar itu mulai kita lakukan pada tahun 2003," kata Tiampat ditemui di Lantai V Kantor Bupati bengkayang saat mengikuti kegiatan USAID, Kamis (16/2).
Tiampat menceritakan, penertiban babi itu dilakukan karena masyarakat yang memiliki hewan babi dibiarkan berkeliaran begiu saja. Hingga babi babi itu dengan leluasa merusak tanaman milik warga itu sendiri dan merusah bangunan bangunan sekolah. Akibatnya sekolah terlihat kumuh dan tidak terurus.
"Sekarang babi berkeliaran itu sudah tidak adalagi, warga kompak untuk mengandangkan babinya pada kandang yang dibuat," jelasnya.
Herkulanus, Kepala Sekolah SDN 09 Malu Jelayan megungkapkan, apa yang dilakukan pihak komite sekolah itu didukung sepenuhnya pihak sekolah. Secara terbuka, ia mengaku kinerja dan kerjasama bersama komite sekolahnya sangat baik dan sangat membantu perkembangan sekolah yang lebih baik.
'Selama ini komite sangat berperan aktif, dalam tiga bulan sekali pihak komite mendatangi warga untuk melakukan dialog atau diskusi," jelas Herkulanus, kemarin.
Pengawas SMP pada Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkayang, Kristianus mengaku beberapa waktu yang lalu berkeliling kampung  yang letaknya berada di pedalaman. Di daerah daerah dimaksud, Kristianus  memuji komite sekolah dapat menertibkan babi babi liar milik warga. Perlunya pengamanan babi dikarenakan banyak bagian sekolah yang rusak karena dicungkil babi.
"Saya sangat bangga salah satu komite bisa memberikan pengertian pada orang tua agar babi itu bisa dikandangkan. Kami berharap komite bisa bekerjasama dengan sekolah bagaimana tidak dicungkil babi itu," jelas Kristianus.
National office KINERJA-USAID, Sunardi apa yang terjadi dibeberapa sekolah di Kabupaten Bengkayang juga terjadi di Kabupaten Aceh, Aceh Utara. Kasusnya banyak binatang milik warga seperti sapi dan kambing berlomba lomba memakan tanam milik warga sekitar.
Karena ada kasus tersebut dan berbagai macam persoalan lainnya, seperti para pelajar yang keluar pada saat jam belajar, maka Dinas Pendidikan Aceh mencanangkan gerakan masyarakat peduli pendidikan. Dalam gerakan peduli pendidikan itu, semua didukung semua pihak, kepala daerah, kepolisian, TNI, tokoh agama, tokoh masyarakat, bahkan mantan GAM.
Dengan gerakan yang dilakukan, kemudian pada masyarakat desa itu ada kesadaran.  Bahkan, untuk mendukung masyarakat peduli pendidikan tersebut, Pemda Aceh sampai membuat Peraturan Daerah (Perda) yang berisikan larangan binatang  untuk berkeliaran.
"Karenanya komite harus berfungsi sesuai dengan fungsinya, jangan sampai komite difungsikan pada saat untuk mencairkan dana BOS," ujar Sunardi.
Dari pantauan awak Koran ini dilapangan, peran komite yang penting  itu bagian dari loka karya pelayanan standar bidang pendidikan program Kinerja USAID Kabupaten Bengkayang yang digelar selama dua hari, Rabu-Kamis (15/16/2).
Dalam pelatihan itu banyak membahas standar pelayanan minimal untuk dunia pendidikan dengan berbagai macam materi seperti memahami standar pelayanan minimal, tantangan dan peluang implementasi standar pelayanan pendidika di daerah, indikator SPM bidang pendidikan, indikator SPM terkait dengan paket Kinerja.
Kemudian dihari kedua dilanjutkan dengan teknis analisis gap kinerja indikator, langkah integritas SPM dalam manajemen pelayanan bidang pendidikan, teknik monitoringdan evaluasi penulisan laporan, good practice penerapan standar pelayanan kemudian action plan. (cah)


Selasa, 14 Februari 2012

Partisipasi Dan Kolaborasi Orang Tua Sulit Diwujudkan


Bengkayang. Pelaksanaan Training Of Trainer (TOT) Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) berdasarkan program kinerja USAID di laksanakan di Gedung Satu Atap Kantor Bupati Kabupaten Bengayang dilaksanakan Dua hari yakni pada Senin dan Selasa (13-14/02). Partisipasi dan kolaborasi orang tua sulit diwujudkan.
Ferdinan Solihin.SE, selaku Ketua coordinator LPSS Bengkayang mengatakan, MBS merupakan model aplikasi manajemen institusional yang mengintegrasikan seluruh sumber internal dan eksternal dengan lebih menekankan pada pentingnya kebijakan melalui perluasan otonomi sekolah.  Sasarannya adalah mengarahkan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan dalam rangka mencapai tujuan.
“Tujuannya adalah salah satu strategi sebagai standar dalam mengembangkan keunggulan  pengelolaan sekolah. Pengelolaan tersebut dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah,” terang Ferdinan, Selasa (14/2).
Spesifikasinya berkenaan dengan visi, misi, dan tujuan yang dikemas dalam pengembangan kebijakan serta perencanaan.  MBS juga merupakan salah satu model manajemen strategik. Hal ini berarti meningkatkan pencapaian tujuan melalui  pengerahan sumber daya internal dan eksternal.
Tantangan praktisnya adalah bagaimana sekolah meningkatkan efektivitas kinerja secara kolaboratif  melalui pembagian tugas yang jelas antara sekolah dan orang tua siswa yang didukung dengan sistem distribusi informasi, menghimpun informasi dan memilih banyak alternatif gagasan dari banyak pihak untuk mengembangkan mutu kebijakan melalui keputusan bersama.
Pelaksanaannya selalu berlandaskan usaha meningkatkan partisipasi dan kolaborasi pada perencanaan, pelaksanaan kegiatan sehari-hari, meningkatkan penjaminan mutu sehingga pelayanan sekolah dapat memenuhi kepuasan konsumen.
“Dalam menunjang keberhasilannya, MBS memerlukan banyak waktu dan tenaga yang diperlukan pihak eksternal untuk terlibat dalam banyak aktivitas sekolah. Hal ini menjadi salah satu kendala. Tingkat pemahaman orang tua tentang bagaimana seharusnya berperan juga menjadi kendala lain sehingga partisipasi dan kolaborasi orang tua sulit diwujudkan,” keluhnya.
Karena itu, pada tahap awal penerapan MBS di Bengkayang lebih berkonsentrasi pada bagaimana orang tua berpartisipasi secara finansial dibandingkan pada aspek eduktif. (cah)

DPRD Bengkayang Tanya Masalah Krusial di Kecamatan Sungai Raya

Egarius: Kecamatan Sungai Raya Tak Sebanding dengan Siding, Suti Semarang yang di cap terisolir

Bengkayang. Dampak dari Bengkayang No, Singkawang/Mempawah Yes semakin meluas. Anggota DPRD bengkayang mempertanyakan apa permaslaahan yang ;lebih krusial di Kecamatan Sungai Raya. Apabial dibandingkan dnegan tiga kecamatan di Kabupaten Bengkayang yang di cap daerah terislor, keluhan warga  tdiak seberapa rumit dan sulit dibandingkan di Kecamatan Siding, SUti Semarangd an Lembah Bawang.
Egarius, Anggota DPRD Bengkayang mengatakan, sangat disayangkan sekali teman-teman di Kecamatan Sungai  Raya yang selama ini telah bergabung dengan Bumi Sebalo tetapi memiliki niat untuk hengkang. Padahal kue pembangunan yang telah diberikan Pemda Bengkayang terhadap kecamatan tersebut termasuk istimewa dibandingkan kecamatan lainnya.
“Berbicara mengenai pemerataan pembangunan, Kecamatan Siding, Suti Semarang dan Lembah Bawang sangat minim, tetapi warga tidak ada keinginan untuk memisahkan diri dari Kabupaten Bengkayang walaupun hingga saat ini ketiga kecamatan tersebut di cap daerah terisolir,” terang Egarius kepada Equator ditemui diruang kerjanya, Senin (13/2).
Legislator dari Partai Demokrat ini menjelaskan, jarak tempuh antara Sungkung ke ibu kota Kabupaten Bengkayang kurang lebih 200 kilometer. Parahnya hingga saat ini  belum ada jalan beraspal yang masuk ke Kecamatan Siding tetapi warga disana tidak ada yang mau memisahkan diri dari Bumi Sebalo. Apabila dibandingkan dengan Kecamatan Sungai Raya yang sudah mulus, bahkan jalur sutra lagi.
Apalagi daerah Kecamatan Siding pada umumnya dan Sungkung pada khususnya lebih dekat berbatasan dengan Malaysia, akses mudah ke Kabupaten Sanggau Kapuas dan Landak, tetapi warga tetap berkeinginan menjadi warga Kabupaten Bengkayang.
“Berbicara mengenai susahnya untuk membuat Kartu Keluarga dan KTP, itu juga belum sebanding kesulitan bagi warga Sungkung. Untuk membuat surat rekomendasi dari Camat Siding, warga Sungkung harus  berjalan kaki berpuluh-puluh kilometer baru sampai ke ibu kota kecamatan. Apa yang paling krusial di Kecamatan Sungai Raya dibandingkan di kecamatan Siding,” jelas pria asal Sungkung ini kemarin.
Legislator dari daerah pemilihan Bengkayang Tiga ini menerangkan, jaman NKRI belum merdeka dan masih di jajah oleh Belanda, jalan di buat oleh colonial belanda, tetapi setelah Indonesia merdeka hingga saat ini jalan menuju Sungkung belum dibangun. Melihat realita yang ada, kami tetap mau menjadi warga Kabupaten Bengkayang dan tidak berontak. Jadi apa yang diminta oleh Warga Kecamatan Sungai Raya.
Senada di ungkapkan oleh Gregorius Gunawan, Anggota DPRD Bengkayang. apa pun yang terjadi, apabila ada yang mau pindah secara pribadi dipersilakan, tetapi mengajak orang banyak untuk pindah, itu sudah menyalahi aturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat dikatakan propokator. Ia sependapat dengan yang telah diutarakan oleh BUpati Bengkayang.
“Mengenai fasilitas baik itu pendidikan, kesehatan dan infrastruktur lainnya, Kecamatan Sungai Raya jauhlebih bnayak menikmati hasil pembangunan di bandingkan Kecamatan Siding yang serba kekurangan. Syukur-syukur ada warga Kecamatan Siding yang tamatan SMA,” ungkap pria asal Dusun Sebujit Kecamatan Siding ini, kemarin.
Ia menceritakan, saat musrenbang kemarin di Kecamatan Siding, ia memakai kendaraan roda dua menuju ibu kota kecamatan. Apalagi saat ini musim penghujan, dirinya mengakui mau menangis melalui jalan yang belum beraspal. Tetapi kita tidak seperti warga Kecamatan Sungai Raya, kita harus tau berapa PAD dan APBD Bengkayang. 
Warga Kecamatan Siding apabila ingin ke ibu kota Bengkayang, harus meronggoh kocek jutaan rupiah untuk biaya trasportasi, sedangkan di Kecamatan Sunagi Raya, tidak terlalu besar.
Ditambahkan oleh H Sukarta, anggota DPRD Bengkayang asal Kecamatan Sanggau Ledo. Seharusnya masyarakat Kecamatan Sungai Raya berdialog dengan anggota DPRD Bumi Sebalo. Apalagi banyak wakil rakyat dari kecamatan tersebut yang duduk di bangku legislatif Kabupaten Bengkayang.
“Saya saja, apabila ada permasalahan di Kecamatan Sanggau Ledo, selalu menjadi tempat pengaduan dan bertanya bagi warga, apa dan bagaimana seharusnya menyelesaikan masalah. Seharusnya warga Kecamatan Sungai Raya datangi anggota DPRD dari Daerah Pemilihan Bengkayang Dua, meminta pendapat dan berdialog dangan mereka,” saran Sukarta, kemarin.
Pemda Bengkayang memiliki program kerja baik itu jangka pendek, menengah dan panjang. Jangan membandingkan kita dengan pulau Jawa, pembangunan akan kita realsiasikan tetapi butuh waktu dan berkala. Apalagi PAD kita yang minim. (cah)




Minggu, 12 Februari 2012

Bengkayang Tak Butuh RSUD


Bengkayang. Warning dari Kemenkes untuk membantu membangun rumah sakit di Bengkayang sudah ada. Apabila berbicara anggaran, ya sesuai kebutuhan. Besar atau kecil itu kan relatif. apabila ada uang 500 milyar, dapat kita bangun. Kita berharap pelan-pelan dikembangkan dan diperbaiki. Gidot mengungkapkan Kabupaten Bengkayang tidak perlu RSUD.
Bupati Bengkayang, Suryadman Gidot menerangkan, RSUD sudah masuk dalam renca kerja tetapi untuk 2012 apabila membangun fisik pada RSUD yang saat ini tidak ada tetapi harus bangun RSUD yang kita kembangkan yang berada di Jalan Sanggau Ledo.
Beberapa waktu yang lalu kita telah ke Kemenkes dan berupaya membuat RSUD yang memadai dalam rangka mempersiapkan rsud tidak dipusatkan di suatu tempat. Salah satucontoh Puskesmas disetiap kecamatan harus mulai dibenahi dan ditata.
“Sebenarnya, RSU untuk penyakit yang berat-berat. Seharusnya yang lebih baik Kabupaten Bengkayang tidak memiliki RSUD dan Puskesmas karena menandakan masyarakat Bumi Sebalo sehat semua. apabila butuh  RSU dan puskesmas banyak petandanya banyak yang sakit,” ungkapnya.
Yang terpenting macam mana caranya banyak orang yang tidak sakit. Kuncinya ialah pola hidup sehat. Salah telah berpikir, apabila tidak ada uang, pinjam sajalah di bank apabila rumah sakit menjadi hal yang mendasar.
Petrus Boli, Direktur RSUD Bengkayang mengatakan, sangat heran dengan keputusan Pemda Bumi Sebalo atas tidak dilanjutkan pembangunan rumah sakit baru yang berada di Jalan Guna Baru Trans Rangkang tahun ini. Padahal gedung yang lama telah lama dibangun.
"Seharusnya segera dibangun tahun ini supaya RSUD segera pindah, karena yang kita takuti ialah tempat tersebut menjadi tempat mesum bagi  muda-mudi. Kan sayang bangunan yang ada dibiarkan saja dan tidak digunakan," kesal Boli kepada equator ditemui diruang kerjanya, belum lama ini.
Boli membeberkan, RSUD yang ada saat ini akan diperuntukkan Rumah Sakit Bersalin. ia sangat mendukung dikarenakan lokasinya tidak jauh dari pasar dan dekat jalur sutra. Boli membeberkan dalam APBD Kabupaten Bengkayang untuk 2012 tidak ada dicantumkan pembangunan untuk gedung baru RSUD Bengkayang yang baru.
"Walaupun  kini RSUD Bengkayang termasuk tipe D, tetapi warga kabupaten landak masih banyak berobat dan bersalin di sini. Kita tidak membedakan asal usul mereka dalam memberikan pelayanan walau bukan dari bengkayang kita sama ratakan perlakuaannya sebagai pasien," tegasnya.  (cah)
   


CU Pancur Kasih TP Bengkayang Miliki Aset Capai 63,2 Milyar


Bengkayang. Kemarin CU Pancur Kasih TP Bengkayang menggelar rapat anggota di Aula Paroki Santo Pius X Bengkayang. Masyarakat Kabupaten Bengkayang sangat antusiasmenabung dan memilih CU Pancur kasih sebagai tempatmenyimpan uang.  Hasil pemeriksaan tempat pelayanan di Bengkayang, jumlah asset per Desember 2011 sebesar Rp 63,2 milyar rupiah.
Benyamin Kaja, SP, Sekretaris Badan Pengawas Credit Union Pancur Kasih periode 2010-2013 mengatakan, kegiatan pengawasan dan auit yang diselenggarakan BPCU Pancur Kasih merupakan suatu pelayanan internal audit dalam gerakan CU.
“Pengawasan difokuskan terhadap kebijakan-kebijakan yang diputuskan oleh pengurus serta melihat proses dan dampak baik terhadap lembaga maupun anggota secara keseluruhan. Sedangkan audit yang dilakukan untuk melihat kinerja CU dalam perspektif organisasi, administrasi, usaha dan keuangan,” terang Kaja ditemui di Aula Paroki Santo Pius X Bengkayang, Sabtu (11/2).
Ia menjelaskan, CU Pancur Kasih pada tahun buku 2011 memiliki 36 tempat pelayanan yang tersebar di dua kota dan enam kabupaten. Jumlah angota sebanyak 101.348 orang dengan pertumbuhan 12,25 persen dibandingkan 2010 lalu.
Hasil pemeriksaan tempat pelayanan di Bengkayang, jumlah asset per Desember 2011 sebesar Rp 63,2 milyar rupiah. Kerjasama antar SPO, manajemen, dan kelompok ini membuahkan hasil yang berkontribusi pada peningkatan anggota dan omset TP Bengkayang.
Pinus, warga Dusun Sungai Sibo Desa Belimbing Kecamatan Lumar mengungkapkan,Credit union sangat membantu dirinya dalam berusaha. CU bukan hanya untuk kita meminjam uang tetapi juga mengajar diri kita untuk menabung.
 “CU Pancur Kasih sangat transparan kepada anggotanya. Dalam waktu dekat kurang lebih 30 orang anggota termasuks aya akan ke Pontianak untuk petemuan lebih lanjut mengenai rapat anggota disana,” beber Pinus yang juga Agen Equator Biro Bengkayang ditemui di Jalan Jerendeng AR Bengkayang, kemarin.
Sama halnya dengan Hamdan, salah satu warga Desa bani Amas, ia lebih memilih menabung di CU dibandingkan ke bank. Hal ini dikarenakan uang yag telah ditabung tidak mudah diambil begitu saja dibandingkan di bank.
“Saya sudah puluhan tahun menambung dibank tetapi tangan gatal rasanya mau menarik tabungan tersebut, apalagi saat ini ada ATM di bank, tidak ada uang selama 24 jam dapat ditarik. Makanya saya memilih menabung di CU,” tambahnya ditemuid I Jalan Sanggau ledo. (cah)