Bengkayang. Hujan
dalam dua pekan ini mengguyur Kabupaten
Bengkayang menjelang Natal, sehingga dibeberapa daerah terjadi longsor dan banjir.
Banjir dibeberapa
wilayah Kabupaten Bengkayang, seperti yang terjadi di Kecamatan Ledo, bertepatan
hari perayaan Natal hingga menyambut pergantian Tahun 2012.
Puji Suswanto,
Ketua Tagana Kabupaten Bengkayang mengatakan, pemukiman warga yang berada
di tepi DAS Sambas ini hampir
setiap tahunnya dilanda banjir. Biasanya luapan DAS Sambas ini dipicu oleh banjir
kiriman dari Sungai Sebalo,
Sungai Ledo, Teriak, dan Sungai Suti
Semarang.
“Hingga
kini, pemerintah desa maupun kecamatan setempat masih terus mendata para korban sambil menunggu bantuan dari
pemerintah,” terang Puji via telepon seluler, belum lama
ini.
Dikatakannya,kondisi
banjir kali ini merupakan yang
terbesar dalam sejarah, Banjir tersebut akibat luapan DAS Sambas.
Hingga
kini (01/01) kondisi Sungai belum
juga surut sehingga jalur utama
menuju Sanggau Ledo masih
terendam.
Tidak sedikit pula pengendara yang nekat menerobos banjir
kendati mereka harus siap dengan mogoknya kendaraan.
Menurut
Rusli, salah satu korban banjir warga
Desa Lesabela Kecamatan Ledo, membeberkan, sebelumnya turun hujan deras yang
disertai angin kencang dan beberapa
jam kemudian air meluap dengan ketinggian 3 Meter.
Bupati
Bengkayang, Suryadman Gidot menegaskan, warga tidak membuat pemukiman di tepi Sungai yang di anggap rawan banjir.
Menurutnya, masyarakat seharusnya waspada sebelum terjadi bencana.
“Mereka sudah
tau kalau membuat rumah ditepi Sungai beresiko, harapan pemerintah agar
masyarakat jika membuat pemukiman segera beralih pada tempat yang lebih aman
dari banjir,” Harap Gidot.
Dari pantauan awak koran ini dilapangan, kurang lebih 400 unit rumah atau sekitar 2800 jiwa mengungsi
ditempat sanak saudaranya karena rumah mereka terendam banjir akibat luapan
Sungai Sambas sejak Senin (26/12) lalu. (cah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar