Kamis, 30 Juni 2011

75 Persen Warga Perbatasan Beli Beras Malaysia

oleh: Yopi Cahyono 
Bengkayang. Kecamatan Jagoi Babang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bengkayang yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Sudah banyak kejadian baik pahit dan manis di daerah perbatasan tersebut. Selama NKRI merdeka, daerah perbatasan kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Kurang lebih 75 persen warga Jagoi membeli beras Malayisa.
Ahau Kadoh, Ketua Forum Masyarakat Adat dayak Perbatasan Kecamatan Jagoi Babang mengatakan, sebanyak 270 kepala keluarga di Dusun Babang Desa Jagoi mayoritas mata pencaharian warganya ialah petani.
“Masyarakat di sini bercocok tanam masih menggunakan tradisional seperti mengelola sawah, sahang (lada, Red), dan karet. Hidup di daerah perbatasan terasa tertekan karena faktor ekonomi,” ungkap Ahau ditemui Equator dikediamnnya, belum lama ini.
 Mantan Kades Jagoi ini menjelaskan, alasan hidup di daerah perbatasan tertekan karena tidak sesuai dengan pendapatan untuk mencukupi kehidupan sehari-hari. Harga sembako menjulang tinggi dan berharap bantuan disegala bidang tetapi tak kunjung datang.
Sebanyak 70 hektar lahan masyarakat yang siap di garap, sudah lama kami mengajukan ke Dinas Pertanian untuk meminta bantuan tractor. Tetapi sampai saat ini masih belum dapat kepastian dan bantuan belum datang.
 Seharusnya pemerintah baik itu Pemkab, Pemprov, maupun pusat memperhatikan wilayah perbatasan, jangan sampai ada warga negara Indonesia yang pindah ke Malaysia karena tidak pernah di perhatikan oleh pemerintah.
“Kurang lebih 75 persen warga Jagoi membeli beras Malayisa. Hal ini dikarenakan selama ini masyarakat bercocok tanam padi dengan cara tradisional baik itu berladang maupun sawah. Hasilnya tidak memuaskan sehingga mau tidak mau membeli beras negeri jiran,” beber Ahau.
Selain membeli beras Malaysia, warga jagoi juga berharap banyak pada beras miskin yang disalurkan bulog kepada rakyat. Walaupun rasa saat memakan beras raskin tidak enak, tetapi mau tidak mau demi kelangsungan hidup harus terima. (cah)

Selasa, 28 Juni 2011

Warga Desak Percepat Buka PPLB Jagoi Babang

Bengkayang
oleh: Yopi Cahyono
Haritus, anggota Komisi B DPRD Kalbar mengatakan, visi dan misi Bupati Bengkayang terpilih harus terealisasikan. Hal ini menyangkut seluruh elemen masyarakat Bumi Sebalo. Terkait belum dibukanya border Jagoi Babang tidak terlepas dari syarat kepentingan politik. Ditambah sistem otonomi daerah bagi Pemerintah kabupaten dan provinsi masih setengah hati.
“Kemauan dari Bupati Bengkayang yang jelas tidak ada untuk sesegera mungkin membuka border Jagoi Babang. Apabila jalan belum siap, Bupati datang ke provinsi, jangan hanya diam saja. Apabila mereka tidak meminta, DPRD Kalbar tidak dapat mengajukan,” ungkap Aris-sapaan akrabnya ditemui Equator dikediamannya di Desa Seluas Kecamatan Seluas, belum lama ini.
Aris melanjutkan, kita mau undang tamu dari Malaysia malu jadinya karena situasi dan kondisi jalan kita hancur. Padahal kita ketahui semua, Kabupaten Bengkayang merupakan beranda terdepan NKRI. Seharusnya pemkab jangan hanya berpasrah diri saja. Ahau Kadoh, Ketua Forum Masyarakat Adat dayak Perbatasan Kecamatan Jagoi Babang mengatakan, pembukaan border Jagoi Babang segera terealisasikan. Hingga saat ini hanya tunggul atau pondasi saja yang ada. Nyata sekali pemerintah tidak memperhatikan masyarakat perbatasan.
“Selama ini orang Malaysia yang banyak dengan dibukanya pasar Serikin dan sebagian warga luar Kabupaten Bengkayang. Masyarakat Jagoi hanya sebagai penonton saja melihat hilir mudiknya pedagang ke Serikin,” keluh Ahau ditemui dikediamnnya, belum lama ini.
Ahau menjelaskan, masyarakat Jagoi Babang saat ini masih tertinggal dis egala bidang. Untuk memenuhi kehidupan sehari-hari saja susah payah. Apalagi untuk menabung demi massa dpan anak cucu. Apabila border cepat dibuka, pedagang Malaysia dapat ditarik ke Jagoi, dan warga sekitar dapat membuka lapangan pekerjaan dengan berjualan makanan dan minuman.
“Lahan pasar batas sudah dibebaskan 2009 lalu oleh pemerintah dengan luas 28,7 hektar. Satu hektar tanah di beli oleh pemerintah dengan harga 50 juta rupiah. Tetapi sampai saat ini hanya tunggul saja yang ada,” keluh Ahau.
Seharusnya pemerintah sesegera mungkin membangun pasar tersebut. Masyarakat Jagoi sudah siap border di buka, tetapi pemerintah masih tarik ulur. Apabila pemerintah belum siap membangun, beri informasi kepada warga perbatasan supaya tidak timbul pertanyaan besar dari warga Jagoi. (cah)

Minggu, 26 Juni 2011

PENGUMUMAN

HUBUNGI KAMI APABILA ANDA INGIN:
1.  LANGGANAN KORAN
2.                    PASANG IKLAN
3.                    DI PUBLIKASIKAN





























Harian
EQuator
Kalimantan Barat Sebenarnya
BIRO BENGKAYANG
Alamat: Jalan Jerendeng AR No. 107 Komplek Terminal Bengkayang Kelurahan Bumi    
                Emas Kecamatan  Bengkayang  
               HP (0852 8803 1117)  e-mail: equatorbengkayang@yahoo.com
www.equator-news.com/Jawa Post Group

Eksekutif Pangkas Usulan Aspirasi Masyarakat Kabupaten Bengkayang

Kamis, 23 Juni 2011

Lelang di PU Bengkayang Jadi Ricuh

Ody: Saya dipukuli sampai babak belur oleh beberapa rekan Kajot

Bengkayang. Proses pelelangan proyek di Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Bengkayang, Rabu (22/6) diwarnai kericuhan. ada 2 paket yang saat itu diperebutkan, yakni paket pekerjaan peningkatan ruas jalan Sebalo-Suti Semarang bernilai Rp.3 Miliar dan ruas jalan Siding bernilai Rp lima milyar.
Irawan, Warga Kecamatan Bengkayang mengatakan, kejadian ini bermula sekitar pukul 09.30 WIB ketika ia hendak memasukkan dokumen penawaran pada kotak yang telah disediakan oleh panitia.
“Sebelum dokumen tersebut diserahkan, sempat terjadi adu argument antara saya dan Kajot. Adu argument terjadi karena Kajot meminta agar jangan memasukkan dokumen penawaran lagi pada paket yang sama dengan alasan paket tersebut merupakan paket milik PDI Perjuangan,” ungkap Irawan.
Irawan melanjutkan, ada 2 paket yang saat itu diperebutkan, yakni paket pekerjaan peningkatan ruas jalan Sebalo-Suti Semarang bernilai Rp 3 Miliar dan ruas jalan Siding bernilai Rp lima milyar.
Karena merasa memiliki hak yang sama, Irawan tidak mempedulikan perihal larangan tersebut. Ia lalu mencoba menerobos masuk, namun dipintu masuk ruangan panitia, Ia sempat dihalangi oleh beberapa orang yang turut serta bersama Kajot.
Meski demikian, Irawan akhirnya bisa menerobos masuk. Setelah masuk, bukannya memasukan dokumen, namun yang dilakukan adalah mengoyak daftar nama peserta lelang dengan maksud agar proses tender tersebut dikaji kembali.
Badarudin, warga Kecamatan Bengkayang menerangkan, usai dikoyaknya daftar nama tersebut, terjadilah keributan. Melihat kejadian itu, ia mencoba melerai. Tapi bukannya menjadi penengah, upaya yang hendak dilakukan berujung naas pada dirinya.
“Kajot tidak memukul Irawan. Tetapi saya dipukuli sampai babak belur oleh beberapa rekan Kajot.  Leher dan kepala saya luka memar,” aku Ody-sapaan akrabnya ditemui Equator di Jalan Jerendeng AR sambil menunjukkan luka tersebut, Kamis (23/6).
Melihat situasi yang tidak memungkinkan dan merasa terdesak. Irawan yang sudah bertelanjang dada kemudian melarikan diri hingga masuk kedalam hutan (belakang kantor PU), sementara Badarudin  yang sudah babak belur diamankan oleh Aparat Kepolisian yang datang terlambat.
Martinus Kajot, Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Bengkayang membantah jika dirinya telah melakukan pemukulan terhadap Irawan. Ia membenarkan bila memang terjadi adu argument antar dirinya dengan Irawan.
“Saya sama sekali tidak pernah memukul Irawan. Malah saya mau menyelamat dia dari amukkan anak buah saya,” terang Kajot di temui di warung kopi Komplek Terminal Bengkayang, Jalan Jerendeng, Rabu (22/6).
Kepala Dinas PU Bengkayang, Ir Jonathan Peno menjelaskan apabila  proses lelang hari ini batal, maka sesuai dengan Perpres Nomor 54, maka hal itu akan dilakukan dengan proses pelelangan ulang.
“Apabila hingga proses kedua masih juga tidak menemukan penyelesaian, maka jalan terakhir adalah dikelola oleh Negara,” jelas Peno via pesan singkat (SMS, Red) kepada wartawan, kemarin. (cah)


Rabu, 22 Juni 2011

12 NAPI Ikut Pelatihan Las

oleh: Yopi Cahyono
Bengkayang.
Sebanyak 12 warga binaan pemasyarakatan Rumah Tahanan (Rutan) II B Bengkayang mendapatkan pelatihan las dari Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Sosnakertran) Kabupaten Bengkayang, yang berlangsung selama enam hari, mulai tanggal 20-25 Juni mendatang.
Clemen Kepala Dinas Sosnakertran Kabupaten Bengkayang mengatakan, pelatihan las ini bagian untuk menyikapi krisis keuangan global yang mengakibatkan menurunnya investasi, sehingga kesempatan kerja baru relatif terbatas, terlebih lagi investasi baru yang beorientasi pada padat teknologi.
“Arus globalisasi dan perdagangan bebas juga mempengaruhi bidang ketenaga kerjaan dalam negeri saat ini. Era persaingan bebas berupa peluang yang dapat kita manfaatkan, akan tetapi dapat pula menjadi ancaman jika kita tidak siap menghadapinya," ungkap Clemen di ruang kerjanya, belum lama ini.
Clemen menilai, saat ini masyarakat sangat kurang untuk melakukan inovasi dalam menciptakan lapangan pekerjaan sebagai wira usaha. Karena itu, perlu komitmen dan upaya yang sungguh sungguh dari seluru kalangan, mulai dari pemerintah, dunia usaha dan seluruh komponen masyarakat untuk mengatasi penggangguran.
“Upaya mengatasi pengangguran itu harus dilakukan secara terencana, terkoordinir, terpadu dan berkesinambuingan. Upaya terpadu itu dimaksudkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di semua sektor di daerah Kabupaten ataupu kota yang berorientasi pada perluasan lapangan kerja,” jelasnya.
Kemudian meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dengan membangun kompetensi tenaga kerja yang memiliki daya saing guna perluasan kesempatan kerja Dengan demikian, pemberian keterampilan serta memperluas lapangan kerja menjadi solusi untuk mengatasi kemiskinan dan penganguran.
Yusli, Kepala Seksi Pendidikan Pelatihan Sosnaker, menambahkan pelatihan pada warga binaan di Rutan II B Bengkayang sebagai bagian untuk mengatasi pengangguran dan kemiskinan di Kabupaten Bengkayang. Dengan pemberian pelatihan itu dimaksudkan, warga Rutan yang akan keluar punya bayangan dalam pekerjaan.
"Kita berharap, warga binaan nantinya bisa menciptakan lapangan baru saat keluar dari rumah tahanan," kata Yusli seraya mangatakan, pelatihan las itu melibatkan dua instruktur, masing masing Suparinus dan Edi Suhirman.
ia menjelaskan, dua instruktur itu adalah pegawai Rutan, mereka sangat berpengalaman dan pernah berlatih soal las. Dalam memberikan pelatihan ini, kami tidak menemukan kesulitan, mereka sangat pandai bekerja.
Di utarakan Darma, salah satu penghuni Rutan II B Bengkayang yang mengikuti pelatihan mengaku sangat bersyukur dan bersemangat untuk berlatih. Terlebih, menurut Darma, pelatihan itu sebagai wadah refresing dan bekal untuk membuka lapangan pekerjaan baru saat keluar dari Rutan.
"Syukur ade kegiatan seperti ini, kami tidak bosan, dan bekal untuk kami keluar dari Rutan," kata pria asal Paket B Kecamatan Sanggau Ledo yang masa tahanannya hanya tinggal dua bulan lagi. (
cah)

Kecamatan Siding Serba Terisolir

Safari: Bantuan sarana dan prasarana, banyak   yang raib entah kemana rimbanya

Bengkayang. 
oleh: Yopi Cahyono
AIPTU Safari, Kapolsek Siding mengatakan, selama ia bertugas banyak rintangan dan halangan yang terjadi, terutama di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia. Bertugas di Siding sama juga hidup seperti NKRI belum merdeka.
“Disini serba terisolir, baik akses jalan, telekomunikasi, penerangan, dan banyak lagi. Untuk ke ibu kota kecamatan saja mengharapkan transportasi masyarakat, apabila tidak ada warga yang mau pulang ke Siding, kami harus bermalam di Seluas. Syukur di Seluas ada rumah anggota Polsek Siding,” papar Mantan Kapolsek Lumar ini ditemui di Seluas, belum lama ini.
Safari menjelaskan, untuk menghilangkan jenuh di tempat tugasnya, ia berburu tupai dan burung. Kebiasaan ini ia dapati saat masih bertugas di Polsek Lumar. Apabila ia dan anggotanya tidak pandai manejmen waktu untuk menghilangkan kejenuhan ditempat tugas yang serba terisolir, akan ruwet akibatnya.
Oleh karena itu, Safari sangat berharap kepada Pemda Bengkayang untuk sesegera mungkin membuat terobosan baru terutama Dinas Perhubungan, Telekomunikasi dan Informasi untuk mengadakan sarana dan prasarana air dari Seluas menuju Kecamatan Siding seperti didaerah luar kabupaten yang tepat mengelola transportasi air.
 Hal ini dianggap wajar, karena Kecamatan Siding mayoritas dapat dijangkau dengan akses sungai . sedangkan jalan darat masih belum mencakup seluruh desa yang ada. Untuk jalan darat yang berada di dalam kampung atau dusun rata-rata menggunakan jalan rabat beton yang dapat dilalui kendaraan roda dua.
“Masyarakat Kecamatan Siding masih menggandalkan motor air untuk menuju ke Kecamatan Seluas,antar desa, dan ke ibu kota kabupaten. Sedangkan untuk jalan darat, aksesnya sangat sulit, kita harus berjalan kaki dengan jam-jam baru sampai ke desa tetangga. Hal ini kami alami dalam patroli wilayah di Siding,” terangnya.
Ia mengungkapkan, bantuan baik sarana maupun prasarana untuk Kecamatan Siding sudah cukup banyak. Aik itu dari Pemda Bengkayang, Pemprov Kalbar maupun pemerintah pusat. Tetapi sangat disayangkan sekali, batuan tersebut tidak dibarengi dengan manajemen yang baik di lapangan.
“Dua tiga bulan setelah menerima bantuan sarana dan prasarana, sudah raib entah kemana rimbanya. Ini nyata-nyata menghabiskan anggaran. Oleh karena itu, saya menyarankan kepada pemerintah dalam memberikan bantuan, harus ada  struktur yang mengelola sehingga dapat maksimal diberdayakan,” sarannya.
Drs Kristianus Anyim Msi, Sekretaris Daerah Kabupaten Bengkayang menerangkan, di Bumi Sebalo ada tiga kecamatan yang masih terisolir, yakni Siding, Suti Semarang dan Lembah Bawang. Ke tiga daerah tersebut menjadi agenda utama Pemda untuk melakukan pembenahan.
“Kita sesuaikan dengan anggaran yang ada dalam hal membangun daerah yang terisolir dan berkelanjutan,” kata Ketua Dewan Adat Dayak Kabupaten Bengkayang ditemui Equator di kediamannya di Jalan Sanggau Ledo, belum lama ini.
Suami Anastasia Maria Anyim ini melanjutkan, khusus untuk Kecamatan Siding, saat ini Pemda Bengkayang sedang membuka badan jalan dari Jagoi Take sampai ke Siding. Pembangunan ini akan terus berlanjut sampai ke desa yang ada di Kecamatan Siding.
Untuk transportasi air, Anyim menganggap sudah insendentil atau sarana sudah cukup memadai. Karena rata-rata masyarakat Kecamatan Siding memiliki motor air untuk berbelanja ke Seluas atau Jagoi. Apabila ada keramaian seperti Gawai Nyobeng di Sebujit, baru motor air sulit di dapat. Karena padat akan pengunjung baik dari warga luar Kecamatan Siding maupun ari pusat.
Dengan banyaknya bantuan saranadan prasarana baik dari Pemda Bengkayang, Pemprov maupun pusat, alangkah baiknya kita memberdayakan koperasi yang ada di Kecamatan Siding.  Hal ini dilakukan apabila instansi terkait kekurangan personil untuk mengelolanya. Camat Siding dapat menunjuk secara langsung koperasi yang dapat mengelola transportasi air dari Seluas ke kecamatan Siding.
“Staff Camat Siding dapat diberdayakan. Usai jam kantor, staff dapat bekerja di koperasi untuk mengelolanya. Itung-itung untuk menambah penghasilan mereka. Itu pemberdayaan namanya,” tandas Anyim.