Bengkayang. Inilah hukum ekonomi di negeri ini setelah
rezim orde baru telah tamat. Baru diwacanakan belum ditetapkan dan diputuskan
kenaikan BBM bersubsidi harga barang di Kabupaten Bengkayang sudah melonjak
naik. Hal ini mengakibatkan rakyat kecil menjerit.
Rina, 21, warga kampung Bukit Taruna Kelurahan Bumi Emas
mengungkapkan, sangat bersyukur BBM tidak jadi naik. Ibu rumah tangga ini
sempat pusing dengan wacana pemerintah pusat untuk menaikkan BBM bersubsidi.
“Belum ditetapkan BBM naik 1 April, harga sembilan bahan
pokok di pasar Bengkayang sudah mencuri start . Uang Rp 150 ribu tidak ada
artinya sama sekali apabila kita belanja saat ini khususnya untuk sembako,”
keluh ibu dua anak ini ditemui dikediamannya, Sabtu (31/3).
Bukan hanya harga sembako saja yang telah duluan naik
harganya, sayur-mayur juga naik. Seperti
halnya harga cabe di pasar Teratai Bengkayang, cabe rawit 1 ons mencapai Rp 6
ribu. Kacang panjang satu kilogram Rp 10 ribu.
Along, salah satu pedagang kaki lima Jalan Jerendeng AR
Bengkayang menambahkan, informasi bahwa pemerintah pusat berencana menaikan
harga BBM bersubsidi, para penjual sayur-mayur sudah duluan menaikkan harga
jualannya.
“Daun bawang yang di bawa dari kampung saja yang secuil
saja seikat bukan lagi seribu per ikat harganya, tetapi sudah dua ribu rupiah.
Belum lagi yang lain,” kata ibu berbadan gempal ini kepada Equator, kemarin.
Liber, 30, warga Bangun Sari Kelurahan Bumi Emas tidak
dapat membayangkan apabila BBM bersubsidi naik. Belum disahkannya kenaikan BBM
bersubsidi, harga barang di pasar Bengkayang semuanya sudah naik.
“Harga jual hasil pertanian tidak naik, tetapi harga
barang melonjak naik. Ini yang sangat tidak adil. Masih mending jaman Suharto
menjadi Presiden RI, harga barang masih dikontrol oleh pemerintahs ehingga para
pengusaha atau pedagang tidak sewena-wena menaikkan harga barang,” kata bapak
satu anak ini.
Sebastianus Darwis SE MM, Ketua DPRD Bengkayang
mengatakan, mendukung keputusan DPP PDIP yang menolak kenaikan BBM. Bukan
dikarenakan dirinya menjadi anggota partai berlambang moncong putih saja tetapi dampak yang ditimbulkan akibat
kenaikan BBM tersebut yang sangat memberatkan masyarakat Indonesia terutama
warga Bumi Sebalo.
“Alternatif yang ditawarkan oleh pemerintah pusat dengan
menyalurkan BLTS yang hanya enam bulan bukan alternatif jitu membantu rakyat
Indonesia yang masih banyak miskin dan hidup pas-pasan,” ungkap Darwis kepada
Equator ditemui diruang kerjanya, Jumat (30/3).
Putra sulung Jakobus Luna yang merupakan Bupati
Bengkayang dua periode 1999-2010 ini melanjutkan, jumlah uang yang diberikan
melalui BLTS untuk masyarakat oleh pemerintah pusat per rumah tangga tidak
mencukupi bagi mereka selama sebulan. (cah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar