BENGKAYANG BERANDA KALBAR-JAGOI BABANG. Konon jaman dahulu tersebutlah dua manusia yang
bernama Ayang dan Ajua’ di utus yang maha kuasa turun ke bumi memberitahukan
kepada adat istiadat dan ngo’ma keluarga bidayuh, termasuk tradisi awal
berladang sampai panen, hingga saat ini terus dijaga dan diadakan. Anyim datang
ke Sekida Kecamatan Jagoi untuk menutup Gawia Sowa.
Drs Kristianus Anyim Msi, Ketua Umum Dewan Adat Dayak Kabupaten
Bengkayang mengatakan, Ritual adat Gawia Sowa Dusun Jagoi Kindau Desa Sekida Kecamatan
Jagoi Babang merupakan salah satu ritual dayak Bidayuh yang hingga saat ini
masih dilestarikan masyarakat setempat.
“Ritual
adat Gawia Sowa setiap tahun harus diadakan, jangan sampai peninggalan dari
nenek moyang kita hilang dimakan jaman dan generasi muda melupakannya,” ingat
Anyim yang juga Sekretaris Daerah Kabupaten Bengkayang ditemui di Jagoi Kindau,
belum lama ini.
Suami dari Anastasia Maria Anyim ini melanjutkan,
saat ini informasi dapat diakses dengan mudah terutama adat dan budaya dari
negara lain. Apalagi Desa Jagoi Kindau ini merupakan daerah perbatasan antara
Indonesia dengan Malaysia.
Tentunya sudah banyak adat dan budaya dari negeri
jiran yang telah masuk ke seluruh lapisan masyarakat. Tidak dipungkiri,
masyarakat adat dayak bidayuh yang ada di Jagoi Babang masih serumpun dengan
dayak bidayuh yang ada di Bau Serawak Malaysia.
“Setiap budaya yang masuk harus kita saring dan
pilah, mana yang baik dan yang buruk. Yang baik kita ambil, yang jelek kita
buang,” saran Anyim, kemarin.
A Ale, Camat Jagoi Babang menjelaskan, Gawia Sowa
merupakan ritual adat oleh dayak Bidayuh yang ada di wilayah kerjanya. Gawia
Sowa sama halnya dengan makan padi baru dimana masyarakat dayak bidayuh
menyukuri hasil panen tahun ini.
“Gawia Sowa
dilakukan setiap tahunnya oleh masyarakat dayak Bidayuh yang ada di Jagoi
Babang. Gawia Sowa setiap tahunnya bergilir dilakukan oleh enam dusun yang ada
di Desa Sekida dan Desa Jagoi,” tandasnya, kemarin. (cah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar