Rabu, 19 Oktober 2011

Lampu Mati, DPRD Bersidang Dengan Lilin


Bengkayang. Sidang akhir perubahan APBD Kabupaten Benkayang di ruang utama DPRD Bengkayang terpaksa dilaksanakan dengan penerangan lilin dan dan lampu emergenci. Sidang yang juga mendengarkan pendapat akhir fraksi itu dihadiri oleh Bupati Bengkayang, Selasa (18/10).
Sidang dengan lilin dan lampu emergenci baru pertama kali dilaksanakan. Sidang dengan lilin itu terpaksa dilaksanakan karena lampu pasokan dari PLN mati sejak pukul 10.00. Lampu PLN baru hidup kembali sekitar pukul 17.00 atau pukul 18.00. Namun demikian sidang berjalan dengan lancar.
Dalam sidang akhir itu sendiri, semua Fraksi yang ada di DPRD Kabupaten Bengkayang menyatakan dapat menerima perubahan APBD dan kemudian untuk segera dilaksanakan. Fraksi PDIP Bengkayang, Lingkung, mengetakan peruabahan itu semestinya harus dilakukan.
Namun demikan, dari pembahasan tersebut, PDIP memberikan beberapa cacatatan yang harus ditindak lanjuti pihak pemerintah. Tindak lanjut itu berupa catatan seperti, pembahasan KUA PPAS harus tepat waktu.
"Tepat waktu ini dimaksudkan agar tidak menggangung jadwal persidangan lain yang telah disepakati," jelas Lingkun lagi.
Catatan lain, PDIP perjuangan meminta kepada Bupati untuk tidak memberikan dina luar kepada TAPD Kabupaten Bengkayang saat dilakukannya pembahasan APBD 2012 mendatang.
'Pembahasan APBD itu merupakan kunci pembangunan, karena semua unsur penting harus ada, dan kami berharap kepada Bupati untuk tidak memberikan tuga luas kepada pejabat berwenang dalam pembahasan APBD,' jelas Lingkun lagi.
Fraksi Demokrat dengan juru bicaranya Maksar Alex juga menyatakan dapat menerima perubahan APBD 2011. Demokrat berharap dalam pembangunan yang dilakukan, pemerintah harus mengedepan kepentingan masyarakat, kepetingan untuk menciptakan kesejahteraan. Persetujuan juga disampaikan fraksi lain yang ada di PDRD seperti Fraksi Golkar, Kebangsaan serta fraksi Kesatuan.(cah)

Murid SD Di Gilas Buldozer

 Wendi tewas akibat di seruduk buldozer

Selasa, 18 Oktober 2011

Bengkayang kekurangan Tenaga PPL


 Bengkayang. Mayoritas masyarakat Kabupaten Bengkayang bergerak dibidang pertanian terutama pada 17 kecamatan tersebut. dengan kondisi seperti ini wajar saja masyarakat Kabupaten Bengkayang masih mengelola lahannya dengan cara tradisional dikarenakan kekurangan tenaga PPL.
B Petrus Diaz, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bengkayang mengatakan, Bumi Sebalo masih kekurangan tenaga PPL (Petugas Pemantau Lapangan). Hal ini buka tanpa alasan, kabupaten ini memiliki 122 desa dan dua kelurahan sedangkan tenaga yang ada dibawah angka tersebut.
“Kita baru memiliki 90 lebih tenaga PPL. PPL yang PNS baru 40 orang, honor daerah sebanyak dua orang, sedangkan sisanya PPL kotrak,"beber Mantan Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkayang, ditemui diruang kerjanya, belum lama ini.
Mantan Camat Siding dan Capkala ini melanjutkan, keberadaan PPL selama  masih belum efektif untuk meningkatkan kesejahteraan hidup petani dikarenakan kekurangan tenaga. Diaz menjelaskan, normalnya ialah masing-masing desa memiliki satu PPL. Wajar saja masyarakat yang ada di Bumi Sebalo pola pertaniannya masih menggunakan cara tradisional.
Walaupun PPL bernaung dibawah Badan Pelaksana Penyuluh dan Ketahanan Pangan Kabupaten bengkayang, tetapi Dinas Pertanian dapat meminta bantuan kepada mereka. Awalnya dulu BPPKP dibawah Distan, ini dikarenakan kita mengikuti pemerintah pusat.
“Yang bersifat program ada di Dinas pertanian, sedangkan personil di lapangan yang mengurusi ialah BPPKP. Makanya untuk mensukseskan program pertanian, kita saling berkoordinasi dengan BPPKP,” terang Diaz, kemarin.
Oleh karena itu, Dinas Pertanian Kabupaten Bengkayang memiliki kewajiban untuk membantu melatih PPL. Karena PPL merupakan ujung tombak susksesnya program-program yang diluncurkan Kementrian Pertanian.
Ia menceritakan, saat orde baru dimana Diaz merupakan mantri tani. Ia bertugas di Jawai Kabupaten Sambas. Dahulu, setiap mantri tani wajib menguasai bahasa masyarakat setempat dan berdomisili ditempat tugas. Wajar apabila ia tahu bahasa melayu Sambas.
“PPL wajib berdomisili dan tahu bahasa tempat tugas. Apabila menguasai bahasa tempat kita bertugas, kita akan cepat akrab dengan petani. Jangan sampai PPL tidak menguasai bahasa setempat, akibatnya tidak nyambung dengan petani,” sarannya.
PPL sifatnya harus mengerti semuanya, karena PPL membantu Dinas Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan dan Kelautan. Oleh karena itu, idealnya Dinas Pertanian harus ada UPPD karena sebagai perpanjangan tangan di kecamatan. Dengan sistem setiap bulan ada pertemuan di kabupaten.
Acong, warga Kelurahan Bumi Emas Kecaatan Bengkayang memepertayaan, kenapa dalam penerimaan PPL kontrak yang diterima strata satu pertanian dan peternakan saja sedangkan lulusan kehutanan dan kelautan tidak masuk. Padahal didaerah-daerah seperti Kabupaten Bengkayang banyak membutuhkan sarjana kehutanan dan kelautan.
“Apalagi Bumi Sebalo memiliki tiga hutan lindung dan satu cagar alam (yang berada di Kecamatan Lembah Bawang, Sungai Betung, Samalantan, Bengkayang, Capkala, Teriak, Lumar, Tujuh Belas, Seluas dan Siding, Red) serta Kecamatan Sungai Raya dan Sungai Raya Kepulauan yang  merupakan daerah pesisir,” ungkap bapak satu putra ini ditemui di Jalan Sanggau Ledo, Bengkayang.
Acong memiliki pemikiran seharusnya Pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten membuka lowongan penyuluh kehutanan dan kelautan di Bumi Sebalo untuk ditempatkan dikecaatan yang berbatasan langsung dengan hutan lindung dan cagar alam. (cah)


2010 Kabupaten Bengkayang Produksi 121.287 Ton Padi


Bengkayang. Agar Ketahanan Pangan berhasil di Kabupaten Bengkayang, perlu dilakukan sosialisasi dan kampanye berkelanjutan kepada masyarakat melalui kegiatan Penyuluhan. Pada 2010 lalu Bumi Sebalo berhasil memproduksi padi sebanyak 121.287 ton.
Wakil Bupati Bengkayang, Agustinus Naon menuturkan, apabila sistem Tabela ini dikembangkan tentunya bisa meningkatkan pendapatan hidup Petani dan keluarga. Karena selain hasilnya tinggi, juga dapat mengurangi biaya produksi, terutama biaya untuk penanaman.
 "Asal dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, seperti sawah milik Pak Ajib ini dan ini bisa dijadikan contoh untuk Petani-petani lainnya" ungkap Mantan  Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Bengkayang ini ditemui di  Desa Bangun Sari Kecamatan Teriak, belum lama ini.
 Berdasarkan data akhir Tahun 2010, tanaman padi mencapai 34.518 Hektar dengan produksi 121.287 Ton dan ini merupakan kerja keras dan prestasi para petani, hasil kegigihan serta semangat kerja para Penyuluh Pertanian dalam mendampingi Petani.
Sejalan dengan sistem Otonomi Pemerintahan yang diterapkan di tingkat Propinsi, tingkat Kabupaten/Kota sampai ke tingkat Desa maka sesuai dengan kewenangannya, hendaknya bisa menjadi pelaksana fungsi inisiator, fasilitator dan regulator penyelenggaraan Ketahanan Pangan di wilayah Kabupaten.
“Penyuluh harus terampil, cerdas dan penuh tanggung jawab dalam menjalankan tugas penyuluhan pertanian. Penyuluh Pertanian harus mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman terutama Teknologi pertanian, meningkatkan pengetahuan di bidang penyuluhan, khususnya pemahaman tentang Panca Usaha Tani,” sarannya.
Magdalena, Kepala BPPKP (Badan Pelaksana Penyuluh dan Ketahan Pangan) Kabupaten Bengkayang mengatakan, Sistem Tabela (Tanam benih Langsung, Red) merupakan salah satu teknologi budidaya padi yang perlu dikembangkan dan dikaji terutama permasalahan-permasalahan dalam usaha-usaha tani.
“Sistem Tabela selain dapat meningkatkan produksi padi juga dapat meningkatkan pendapatan Petani. Antara lain bisa mengurangi biaya produksi yaitu biaya penyemaian dan penanaman yang bisa dikurangi lebih kurang sekitar satu juta,” terang Mantan Kadis Pertanian Kabupaten Bengkayang ini, kemarin.
Magdalena melanjutkan, dalam pelaksanaan sistem Tabela ini sangat diperlukan kekompakan Petani untuk mengantisipasi hama penyakit. Dan hasilnya kita bisa lihat sekarang, kualitas padi tidak kalah dengan sistem tanam lainnya. (cah)


Pemda Bengkayang Harus Perhatikan Perpustakaan di Pelosok


Bengkayang. SMP Negeri 1 Sungai Betung jauh-jauh datang ke ibu kota kabupaten Bengkayang untuk datang ke Perpusda dengan misi menambah ilmu pengetahuan muridnya. Kurangnya buku yang dimiliki sehingga SMP ini sebagai alasan utama mereka menyambangi Perpusda.
Ir Martinus Khiu, Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Bengkayang mengungkapkan, dengan kondisi buku yang ada di Perpustakaan setiap sekolah yang ada di Bumi Sebalo, seharusnya Dinas pendidikan memiliki data base ketersediaan perpustakaan.
“Jangan sampai buku di tempatkan bagi perpustakaan sekolah yang ada di kota saja, tetapi di setiap sekolah lainnya terutama sekolah yang ada di pelosok Kabupaten Bengkayang juga diperhatikan. Kita tidak ingin sekolah ada gedung perpustakaan tetapi bukunya tidak ada,” ingat Khiu ditemui diruang kerjanya, kemarin.
Saat ini Pemerintah daerah memiliki hak untuk membuat kurikulum sesuai dengan kebutuhan daerah terutama pelajaran yang bersifat muatan local. Perpusda Kabupaten Bengkayang harus memiliki standarisasi buku dan mensosialisasikan secara intensif bahwa Bumi Sebalo sudah ada Perpustakaan daerah.
Yang tidak kalah pentingnya menurut Khiu, Perpusda Kabupaten Bengkayang wajib memiliki buku yang sesuai dengan kurikulum. Jangan sekedar pengadaan tetapi tidak disesuaikan dengan kurikulum baru. Bernard Puna, Kepala Perpusda Kabupaten Bengkayang mengatakan, sangat berterima kasih kepada SMP Negeri 1 Sungai Betung karena telah datang jauh-jauh membawa siswa dan siswinya ke kantornya untuk menambah ilmu pengetahuan para pelajar mereka.
“SMP Negeri 1 Sungai Betung telah sadar bahwa perpustakaan merupakan sarana yang tepat untuk belajar. Mudah-mudahan sekolah lain yang ada di Kabupaten Bengkayang mengikuti jejak mereka,” harap Bernard ditemui di ruang kerjanya, Senin (17/10).
Bernard melanjutkan, perpustakaan merupakan sumber ilmu pengetahuan dan tempat belajar bagi kita semua. Baik itu PNS, pelajar maupun masyarakat umum. Kami tidak pilih kasih dalam hal pelayanan. Lembaga ini sebagai sarana penunjang bagi seluruh elemen masyarakat Bumi Sebalo.
“Saat ini kami telah mengkoleksi kurang lebih 6000 buah judul buku. Mudah-mudahan jumlah ke depannya makin meningkat sesuai dengan perkembangan jaman dan kebutuhan buku,” beber bapak berkumis tebal dan berkulit sawo matang ini, kemarin.
Viktor Heri, Pembina Osis SMP Negeri 1 Sungai Betung mengungkapkan, pihaknya memang memiliki program kerja untuk berkunjung ke Perpusda Kabupaten Bengkayang. kegiatan ini kami lakukan untuk menambah ilmu pengetahuan siswa dan siswi kami.
“Sekitar 100 siswa dan siswi yang dibawa ke Perpusda hari ini. kegiatan ini sampai Jumat mendatang. Kami menyewa satu unit mobil umum untuk mengangkut anak didik kami,” aku guru bidang studi Muatan Lokal ini.
Viktor mengakui, buku yang ada di perpustakaa sekolah snagat minim. pihak Perpusda Kabupaten Bengkayang, harus ditingkatkan baik itu sarana maupun prasarananya sehingga pelajar enak, asyik  dan tidak terganggu saat berada di perpustakaan.
“Koleksi buku perlu ditambah, sangat perlu penambahan buku supaya apa yang dicari siswa untuk menambah ilmu pengetahuannya dapat ditemui. Dan dana operasional juga ditambah untuk meningkatkan kualitas Perpusda kabupaten Bengkayang. setiap kelas akan bergantian datang ke tempat ini,” saran Viktor. (cah)


Sabtu, 15 Oktober 2011

Naon Kukuhkan Temenggung Dayak Iban

 Agustinus Naon kukuhkan Temenggung
Bengkayang. Untuk pertama kalinya warga Dayak Iban yang berada di wilayah antara Kecamatan Seluas dan Jagoi Babang melaksanakan ritual adat Pengukuhan Temenggung, Patih dan Tuai Rumah Dayak Iban. Naon pinta par pengurus bekerjasama dengan lembaga lain yang ada.
Agustinus Naon, Wakil Bupati Bengkayang mengatakan, Temenggung, Patih dan Tuai Rumah merupakan pimpinan suatu organisasi yang terpilih akan menjadi panutan bagi masyarakat yang dipimpinnya sekaligus sebagai pengayom penduduk dan sebagai penjaga, pemelihara dan pelindung bagi rakyatnya sehingga warga merasa aman dan tenteram hidup dalam komunitasnya.
“Saya sarankan, Temenggung Patih dan Tuai Rumah dapat menyelesaikan berbagai perselisihan, pertentangan dan permusuhan terutama yang terjadi dikalangan masyarakatnya sendiri. Sehingga apabila fungsi ini berjalan baik maka stabilitas kehidupan masyarakat terjamin,” saran Naon ditemui di Dusun Pasir Putih Kecamatan Seluas, belum lama ini.
Mantan Kepala BKD Kabupaten Bengkayang ini melanjutkan, Temenggung, Patih dan Tuai Rumah juga merupakan tempat mengadu bagi masyarakatnya secara berjenjang. Oleh sebab itu perlu bersungguh-sungguh mendengarkan, meneliti dan menerima informasi dari masyarakatnya dan menggunakan informasi berkenaan untuk mengambil suatu Keputusan yang baik.
Temenggung, Patih dan Tuai Rumah bisa mensinergiskan diri di dalam pelaksanaan tugas masing-masing dan bisa melakukan kerja sama yang baik dengan kelembagaan lain. Dalam hal ini adalah lembaga pemerintah daerah, masyarakat adat lainnya serta Lembaga-lembaga lain berdasarkan prinsip saling menghargai dalam kesetaraan.
Ditambahkan, Obaja SE MSi selaku penasehat Suku Dayak Iban di daerah ini menceritakan, pertama kali Suku Dayak Iban datang kesini sekitar Tahun 1949 dan hanya terdiri dari beberapa orang saja. Namun karena interaksi sosial dengan masyarakat setempat (Dalam hal ini Dayak Bakati yang mayoritas berada di wilayah ini, Red) maka terjadilah hubungan kekeluargaan sampai sekarang. Dan ini tetap berjalan baik sampai sekarang.
“Adat istiadat seperti yang disaksikan pada ritual ini hendaknya terus dipertahankan dan dilihat nilai positifnya, karena ini merupakan hasil kreasi buah tangan pendahulu yang kelak bisa sangat bermanfaat di masa depan,” harap Kepala Bappeda Kabupaten Bengkayang ini, kemarin.
foto bersama

Dinas Pendidikan bengkayang Ingkar janji, Gedung Baru SDN 07 Baya Tak Dapat Ditempati


Bengkayang.

Mulianus Dining, Kepala Desa Rodaya Kecamatan Ledo mengatakan terkait tidak diperbolehkan gedung sekolah SDN 07 Baya yang baru untuk proses belajar mengajar yang dilakukan warga, dikhawatirkan mengganggu psikologis pelajar.
 “Gedung sekolah yang lama sering kena banjir karena tidak jauh dari DAS Ledo. Ditambah usia gedung tersebut kurang lebih 30 tahun dan kini telah termakan usia. Banyak dinding, dek, dan kursi yang bolong dan rusak,” keluh Dining ditemui diruang kejanya, belum lama ini.
Ia menceritakan, gedung sekolah yang baru dibangun tahun pada tahun  tahun 2009-2010 tersebut diharapkan dapat menjadi tempat pengganti gedung yang baru, karena kondisi gedung yang lama sudah tidak layak dipergunakan lagi.
Namun setelah berdirinya gedung ini, timbul masalah baru yang dihadapi dewan guru dan murid. Masalahnya gedung sampai saat ini tidak dapat difungsikan sebagai tempat proses belajar mengajar, karena gedung sampai saat ini masih dilarang oleh ahli waris pemilik tanah.
“Pemilik tanah melarang gedung Sekolah yang baru ditempati karena perjanjian yang disepakati antara pemilik lahan dengan Dinas UPT Ledo dan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkayang hingga saat ini tidak terealisasikan,” terangnya.
Ia mengisahkan, pemilik lahan pada saat itu dijanjikan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkayang pada tahun 2007 lalu, bahwa anak pemilik lahan bernama Debby akan diangkat menjadi PNS dan sekurang-kurangnya sebagai pesuruh Sekolah.
Oleh sebab itu sampai kapan pun, selagi sepanjang Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkayang tidak menepati janjinya, mereka  sebagai ahli waris tidak akan merelakan gedung sekolah tersebut ditempati,” kata Dining, kemarin.
Awalnya pihak Dinas pernah berjanji, dan memberikan iming-iming kepada pemilik lahan dan perjanjian tersebut disepakati oleh kedua pihak yang disaksikan oleh aparatur Desa Rodaya. Kesepakatan itu juga ditanda tangani oleh Kepala Dinas dan UPT saat itu. (cah)