Rabu, 19 Oktober 2011

Murid SD Di Gilas Buldozer

 Wendi tewas akibat di seruduk buldozer
 buldozer di beri garis polce oleh Polantas
Bengkayang. Mengenaskan. Neneng Wendi (9), pelajar SDN 13 Rangkang tewas karena tergilas Buldozer yang melakukan pembukaan jalan baru menuju Mamagan, jalan itu berada di samping Kantor Satu Atap Kabupaten Bengkayang. Kejadian sekitar pukul 10.10 itu mengundang perhatian warga yang langsung berkerumun di lokasi.
Lokasi kejadian langsung diamankan pihak kepolisian. Buldozer diamankan dengan police line. Tersangka dibawa ke Polres Bengkayang. Sementara Wendi, dilarikan rumah sakit dengan mobil polisi untuk dilakukan visum dan kepentingan penyidikan pihak berwajib.
Hasil dari visum yang lakukan rumah sakit, Wendi yang tewas dengan pakaian seregam merah putih lengkap mengatakan luka kepala dibagian depan, matanya pecah tidak beraturan, bentuk kepala tidak beraturan, siku lengan kanan patah, kemudian terdapat bekas ban buldozer bagian perut paha dan betis.
Wendi merupakan anak pertama pasangan Salek dan Raba. Ia tinggal di perumahan Trans Rangkang, Kelurahan Sebalo, Kecamatan Bengkayang. Wendi dikenal oleh kerabatnya anak yang rajin dan juga nakal. Rajin karena sering membantu ibu di rumah tangga, dan nakal karena sering berkeliaran saat jam pulang.
"Dia itu anak tetangga kami, rajin, tapi dia sering main sebelum pulang kerumah," kata Suti, tetangga korban saat ditemi di lokasi tewasnya Wendi.
Salah seorang warga yang tidakmau disebutkan namanya menjelaskan, sebelum tewas, Wendi kelihatan bermain main mengikuti buldozer yang sedang bekerja. Saat itu, buldozer bekerja tanpa pengawasan.
'Mungkin dia ditabrak buldozer saat buldozer itu mundur," jelas warga tersebut.
Fabianus Oel, SPd Kepala Pajanang Adat Dayak Banyadu Kabupaten Bengkayang menyarankan, kejadian tersebut sebaiknya sebelum mengerjakan suatu pekerjaan harus diawali dengan ritual adat untuk memohon ijin membuka lahan. Supaya penghuni yang ada di lokasi itu mengetahuinya dan akan member ijin. Alam ini bukan saja ditempati bagi yang dapat dilihat dengan mata telanjang tetapi tidak dapat dilihat dengan kasat mata juga.
“Hal ini yang sering lupakan orang. Bukan hanya pengerjaan jalan saja, kegiatan lain seperti bangun rumah sekolah dlll. Supaya dalam pengerjaannya tidak dapat menimbulkan korban jiwa.
Kontraktor perlu dihukum adat.  Kemudian sesegera mungkin dilakukan ritual adat disana. Apalagi nantinya saat jadi akan menjadi jalan umum,” sarannya. (cah)



2 komentar:

  1. Ya Tuhan... serem eui.....

    BalasHapus
  2. Saya Mewakili Dari kontraktor. Upacara adat syah-syah aja.
    kami pernah mengerjakan pekerjaan sebelum kerja diadakan upacara adat yang biayanya cukup lumayan. cuman perlu pertimbangan bahwa dalam penawaran COS itu tidak masuk dalam Penawaran trus masih juga roboh

    BalasHapus