Bengkayang Beranda
Kalbar-Jagoi Babang. Sungguh sangat ironis sekali dengan Indonesia, setelah
lama merdeka namun kebutuhan akan bahan makanan sangat kurang dirasakan oleh
warga perbatasan sehingga harus membeli ikan nila dan sarden ke negeri jiran
Malaysia.
Penanggungjawab Wilayah Kerja Karantina Ikan di Jagoi Babang |
Dedi Mulyana, Penanggungjawab Wilayah Kerja Karantina Ikan
di Jagoi Babang mengatakan, untuk mengetahui kendaraan yang melintas dengan
membawa ikan sangat mudah diketahui.
“Pihaknya mengetahui dengan cara mencium bau amis ikan dan
biasanya mudah cair, baik pada mobil box aluminium maupun yang lainnya,” beber
Dedi kepada awak media ini ditemui diruang kerjanya di Pos Bersama Jagoi
Babang, belum lama ini.
Ia melanjutkan, apabila kena angin kan es nya mencair.
Keuntungan bagi pihaknya untuk mengawasi
ikan ialah di Malaysia juga ketat penjagaannya, sehingga tidak ada
kejadian yang tidak diinginkan..
Saat awak media ini menanyakan, apakah masyarakat sekitar
Kecamatan Jagoi Babang sudah tau tentang aturan mengenai karantina dan
peredaran ikan antar negara.
"Mereka sudah tahu, warga perbatasan bawa barang bawaan
maksimal 25 kilogram ikan atau setinggi-tingginya Rp 1juta sesuai dengan aturan
Permenkelautan dan perikanan No 15/2011," tegasnya.
Dedi menerangkan, tetap wajib memeriksa warga yang membawa
ikan masuk ke wilayah Indonesia.
Sesekali warga Jagoi beli ikan dari Malaysia, warga juga
tidak senang dengan ikan asal Malasyia karena dari Singkawang datang untuk
dijual di wilayah perbatsan.
“Ikan tawar nila dan ikan sarden mereka beli dalam keadaan
mati, untuk mereka jual di Seluas dan Jagoi. Sekali bawa tiga hari sekali beli
di Malaysia. Minimal dua kali ke Serikin beli di pasar Bau Serawak Malaysia
sebnayak 20 kilogram untuk dijual,” bebernya.
Dedi tidak dapat melarang warga membeli ikan sarden dan nila
dalam keadaan mati di Malaysia karena sesuai dnegan aturan perundang-undangan
dan perjanjian sosekmalindo.
“Saya berharap kepada warga perbatasan, manfaatkan produk
dalam negeri terutama ikan dari Indonesia dan pemerintah sediakan, jangan
pangku tangan ke negeri jiran,” harpnya.
Ia menyarankan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Bengkayang dan Provinsi Kalbar untuk meningkatkan produktivitas ikan.
Suatu saat kendor di Malaysia, takut ada apa apa atau
perubahan kebijakan perdagangan Malaysia, kita berat juga untuk memenuhi
kebutuhan warga mengenai ikan sarden dan nila.
Dedi mengajak warga membeli ikan dalam negeri. Pemda
Bengkayang harus menyediakan fasilitas atau ketersediaan stok ikan di Jagoi,
apabila tidak ada maka masyarakat akan membeli di Malaysia. (yopi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar