Bengkayang.
Dua hari terakhir Kabupaten Bengkayang di guyur hujan, bagi daerah hulu tidak
mengalami banjir tetapi terjadi di Kecamatan Ledo dimana wilayah ini menjadi
muara pertemuan sungai dari beeberapa kecamatan yang ada di Bumi Sebalo. Kota
Ledo pun akhirnya diterjang banjir.
Edi, Warga Desa Lesabela Kecamatan Ledo mengatakan,
banjir di daerahnya sejak semalam. Dan ini merupakan banjir kiriman dari bagian
hulu DAS (Daerah Aliran Sungai) Ledo yakni dari Kecamatan Bengkayang, Teriak,
Suti Semarang dan Lumar.
“Banjir kali ini baru pertama kalinya terjadi lagi,
sebelumnya dua tahun yang lalu rumah saya yang berada di Steher atau di Pasar
Ledo lama terkena banjir mencapai dua meter, kali ini belum seberapa parah
banjirnya,” ungkap Edi ditemui dikediamannya, Minggu (4/12).
Edi melanjutkan, masyarakat Lesabela sudah biasa dengan
kejadian banjir dan telah mengantisipasi dengan membuat rumah tingkat dua.
Apabila banjir sudah menggenangi teras rumah bahkan mencapai tinggi orang
dewasa, barang-barang yang ada di naikan ke lantai atas.
“Apabila hujan tidak turun, sekitar dua sampai tiga hari
baru surut. Tetapi apabila hujan turun didaerah hulu dimungkinkan ketinggian
banjir akan meningkat. Dua tahun yang lalu banjir surut membutuhkan waktu
selama 10 hari,” ucapnya.
Terpisah, Lasius, warga Desa Tebuah Marong Kecamatan Ledo
saat ditemui di depan Kantor Camat Ledo pada Sabtu (3/12) malam mengungkapkan,
sudah lima jam dari pukul 19.00-23.00 baru dapat melintasi jalan proyek multi
years Ledo-Subah.
“Selama lima jam saya menunggu air surut dikarenakan
banjir, walaupun badan jalan sudah ditinggikan tetapi jembatan masih belum
dibenahi sehingga lalu lintas macet. Banjir disini tingginya mencapai dua meter
dari badan jalan,” aku SIus, kemarin.
Samahalnya dengan Nikodemus warga Desa Belimbing
Kecamatan Lumar, saat ia pulang dari tempat mertuanya di Kecamatan SUbah
Kabupaten Sambas, di depan kantor camat sekitar pukul 10.00 pagi terjadi antri
panjang dikarenakan banjir di depan Kantor Camat Ledo.
“Syukur ada teman sekampung, akhirnya motor saya dipikul
oleh kami berempat supaya dapat melintasi banjir walaupun merasa derasnya
sungai. Bagi warga yang nekad melintas, ada tukang angkat tetapi dikenai biaya
10 ribu rupiah, itu pun apabila motor Jupiter dan supra, apabila jenis yang
lain dihitung berat beban motornya dan ditambah dua kali lipat,” beber Niko
ditemui dikediamannya, Sabtu (3/12).
Sementara itu, Robertus, Anggota DPRD Bengkayang
menegaskan, banjir yang terjadi di ibu kota kecamatan Ledo menandakan dan
membuktikan bahwa hulunya DAS Ledo
terutama hutannya perlu dijaga dan dilestarikan.
“Sekarang saja kota Ledo mau tenggelam, apalagi PT
Rajawali beroperasi dan menanam sawitnya di hulu terutama di Kecamatan Suti
Semarang, bisa-bisa pasar Ledo lama tenggelam,” tandas legislator asal
Kecamatan Suti Semarang ini ditemui di kediamannya di Desa Bani Amas Kecamatan
Bengkayang, kemarin.
Dari pantauan awak Koran ini dilapangan, Sabtu (3/12)
malam banjir berada di lima titik di Kecamatan Ledo yakni di Dusun Sangat Molo,
Depan Kantor Camat Ledo, Lalang, pasar lama Ledo (Steher, Red), dan depan
Puskesmas Ledo. Sekitar pukul 23.00 dua titik yakni Di Dusun Sangat Molo dan
depan Kantor Camat ledo telah menyusut.
Minggu (4/12) saat awak Koran ini kembali memantau situasi
dan kondisi di lokasi banjir, Kampung Lalang telah menyusut, hanya di depan
Puskesmas dan Pasar Lama Ledo yang masih tergenang banjir.
Sampai berita ini diturunkan, banjir di kedua titik
tersebut masih belum surut. Dari pengakuan dari beberapa warga sekitar, belum
ada bantuan dari pihak pemerintah setempat maupun dari intsani terkait. Akibat
banjir kiriman ini, bahan baku pengerjaan jalan dan jembatan di pasar lama Ledo
hanyut dibawa air.serta kerugian akibat banjir ini belum terdata dan tidak
memakan jiwa. (cah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar