bengkayang.
Selama 66 tahun Indonesia merdeka, masyarakat Kecamatan Siding, khususnya Desa
Sungkung Satu, Dua dan Tiga hanya ikut merayakan saja tetapi sesungguhnya
mereka belum merdeka. Oleh
karena itu tidak mustahil warga Sungkung akan pindah menjadi warga Malaysia.
"Hal ini bukan tanpa alasan kenapa saya katakan hal
tersebut, realita dilapangan memang begitu yang terjadi. Sampai saat ini ketiga
desa tersebut masih terisolir dan sulit mengakses keluar desa bahkan ke kota
kecamatan, kabupaten dan provinsi serta
membutuhkan biaya besar," papar Egarius ditemui di Sekretariat DPC
Partai Demokrat, Kamis (20/10).
Legislator dari daerah pemilihan tiga ini mengungkapkan,
masyarakat mau membuat surat pengantar KTP atau KK di ibu kota kecamatan saja
membutuhkan biaya besar hingga ratusan ribu rupiah sedangkan hasil pertanian
susah dikeluarkan ke daerah lain seperti Malaysia, Entikong Kabupaten Sanggau
Kapuas, Landak, dan Bengkayang.
Terisolirnya
wilayah ini dikarenakan akses jalan darat menuju Kecamatan Siding belum dibuka
badan jalan. Padahal jarak antara Sungkung ke Kiong Kecamatan Suti Semarang hanya
membutuhkan waktu satu jam jalan kaki. Saat awak koran ini menanyakan, apabila
jalan paralel lima kabupaten perbatasan terealisasikan apakah akan memberikan
dampak positif dan tidak terisolir lagi daerah tersebut .
"Tunggu kucing bertanduk pemerintah pusat mau membangun
jalan tersebut. Saya yakin, banyak saja alasan yang dilontarkan mereka supaya
warga perbatasan di Kalbar tetap ketertinggalan," kesal anggota fraksi
demokrat ini.
Anggota DPRD Bengkayang ini menjelaskan, apabila wacana
pembangunan jalan paralel terealisasikan, Kecamatan Siding tidak lagi di cap
daerah terisolir. "Saya yakin, apabila pemerintah daerah dan pusat tidak
memperhatikan pembangunan jalan di Sungkung, lima tahun mendatang NKRI akan
kehilangan lagi kampung Gubang di Desa Sungkung," tegasnya.
Ia menerangkan, saat ini banyak anak-anak Sungkung terutama di kampung Gubang yang sekolah dan
kuliah di Malaysia. Dan setelah lulus mereka langsung dipekerjakan di negeri
jiran. Mereka tidak melupakan kampung halamannya, gaji disisihkan untuk
membangun disana. Mereka dapat berpikir, tidak pernah diperhatikan oleh
Indonesia lebih baik memilih menjadi warga Malaysia.
"Saya tertawa saat baca dan menonton di media cetak dan
elektronik tentang ganyang Malaysia. Negeri jiran telah lama ganyang kita. Kita
hanya ngomong kosong saja tetpai Malaysia telah terbukti Action. Lihat saja
banyak TKI yang dideportasi, TKW banyak di bunuh, perkosa dan dipenjara. Seni
budaya kita di patenkan mereka, parahnya tanah dicaplok lagi," katanya.
Wajar apabila masyarakat Kalbar terutama di daerah
perbatasan dianaktirikan oleh pemerintah pusat.
Karena penduduk kita tidak pernah mengibarkan negara Malaysia atau ingin
memisahkan diri dari NKRI seperti Papua, Maluku, dan Aceh. Dalam kabinet saja
tidak ada warga Kalimantan khususnya Kalbar menjadi mentri, semua diborong
pulau Jawa dan Sumatera. Ini juga bentuk ketidakadilan di negeri yang kita cintai
ini. (cah)
Jangankan sungkung, saya yang tinggal diibukota kabupaten BKY aja masi serasa orang malaysia, kebutuhan sehari-hari dapatnya barang malaysia, yaa apa daya kita orang kalimantan hanya anak tiri di Indonesia tercinta ini. :)
BalasHapus