Jumat, 19 Agustus 2011

HUT RI, Mobil Kibarkan Bendera Malaysia


Bengkayang. warga Indonesia di Kecamatan Seluas resah dikarenakan sebuah mobil mengibarkan bendera Malaysia saat melintas. Dengan kejadian tersebut mengundang tanda tanya masyarakat sekitar, kenapa dapat terjadi.
Syaiful, Warga Desa Seluas Kecamatan Seluas saat ditemui dikediamannya mengakui, lebih memilih menjadi warga NKRI dibandingkan menjadi warga Malaysia. Walaupun selalu dianaktrikan dalam hal pembangunan oleh pemerintah, tetapi tetap cinta akan bendera merah putih dan setia kepada pancasila.
“Minggu lalu, ada sebuah mobil melintas Seluas dari arah Jagoi menuju Bengkayang berbendera Malaysia. Kami selaku rakyat NKRI tidak terima berkibarnya bendera Malaysia tersebut. Walaupun kami dianak tirikan oleh pemerintah pusat,” tegas bapak satu putri ini, belum lama ini.
Saat awak koran ini menanyakan, apakah ingat merk apa mobilnya dan siapa yang memakai mobil tersebut. “Saya tidak hafal dengan merk mobilnya tetapi mobilnya warna silver,” aku Syaiful, kemarin. Ia menyebutkan, jangankan mau mengibarkan bendera merah putih di Malaysia, warga yang mau berjualan di Serikin saja proses ijinnya berbelit-belit.
Ia menyarankan, seharusnya Indonesia khususnya aparat keamanan yang ada di wilayah perbatasan jangan bersikap lunak kepada warga Malaysia yang masuk ke Indonesia dalam hal kendaraannya mengibarkan bendera Malaysia. Ini nyata-nyata sekali mereka telah menginjak-injak harga diri NKRI, apalagi kita dalam suasana memeriahkan HUT RI ke-66 tahunnya.
Nogian, 51, Kadus Jagoi Babang mengungkapkan, semenjak Bengkayang menjadi kabupaten, kami warga sini baru  merasakan enaknya kehidupan dalam kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahkan sejak kesultanan Sambas ratusan tahun lalu hingga menjadi Kabupaten Sambas dan akhirnya 1999 dimekarkan menjadi dua kabupaten.
Salah satunya kemerdekaan dalam mengecap pendidikan. Dulu belum ada SMP dan SMA di sini. Sehingga banyak  anak-anak baik itu pria maupun wanita hanya menyelesaikan pendidikan dibangku sekolah dasar. Setelah menganggur dua dan tiga tahun, mereka merantau ke Serawak untuk mengadu nasib dan mencari kerja.
Bahkan ada yang mendapatkan suami atau istri di negeri jiran. Namun, kini telah berubah setelah Pemda Bengkayang membangun SMP dan SMA di Jagoi Babang. Anak-anak dapat melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang yang lebih tinggi dari orang tuanya.
Ia mengakui, sebagai warga perbatasan diantara dua Negara amat sulit dan selalu merasa dianak tirikan karena kurang perhatiannya Pemda dalam segala aspek kehidupan. Nogian menceritakan,setiap ada perselisihan antara Indonesia dan Malaysia, masyarakat Jagoi Babang tidak ikut-ikutan  ingin berperang dengan negeri jiran.
“Kami akan pindah kewarganegaraan apabila patok batas antara Indonesia-Malaysia di pindahkan ke Seluas. Apabila patok batas masih posisinya saat ini, kami tetap WNI,” tegas bapak berambut ikal dan berkulit sawo matang, kemarin.
Untuk apa kami berperang dengan saudara kami sendiri. Karena  masyarakat Jagoi dan Serikin sampai ke Bau Kucing masih ada pertalian saudara dan ada yang sedarah. Apabila Indonesia dan Malaysia berselisih, itu urusan pusat, kami sebagai rakyat kecil  tergantung dengan kebijakan pemerintah pusat.
Saat awak Koran ini menanyakan, apabila disuruh memilih kewarganegaraan, apakah memilih Indonesia atau Malaysia. “Walau macam manapun juga tetap memilih NKRI. Karena patok batas Indonesia-Malaysia berada disana. Apabila patok batas di pindahkan ke Seluas, baru kami memilih kewarganegaraan Malaysia,” tegas Nogian. (cah)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar