Sabtu, 21 Januari 2012

USAID Sosialisasi MBS di Bengkayang

 suasana sosialisasi yang dimotori oleh USAID
Bengkayang. Program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sedang dijalankan di Kabupaten Bengkayang selama tahun 2012. Sebanyak dua puluh sekolah dengan perincian enam belas Sekolah Dasar (SD) dan empat Sekolah Menegah Pertama (SMP). Sekolah sekolah itu berasal dari empat kecamatan di Kabupaten Bengkayang. Yakni Kecamatan Bengkayang, Kecamatan Teriak, Kecamatan Lumar dan Kecamatan Sungai Betung.
Bupati Bengkayang melalui staf ahlinya, M Idris, mengatakan sangat menyambut baik program MBS yang sedang dijalankan pihak USAID dengan melibatkan beberapa unsur lainnya. MBS tersebut diharapakan bisa membawa perubahan merubah cara pengelolalaan sekolah yang semulanya tidak baik menjadi baik.
"Dengan MBS ini, kita harapkan nantinya, dua puluh sekolah tersebut bisa menjadi pioner dan contoh bagi sekolah sekolah lain. sekolah sekolah yang mengikuti program MBS bisa lebih berkualitas,' jelas Idris saat membuka Semiloka yang dimulai sekitar pukul 09.00.
Achmad Sobari, Kepala Bidang Pendidikan Dasar pada Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkayang saat memeberikan materi mengatakan, program MBS itu harus dikelolah dengan tiga prinsip penting yang meliputi partisipasi, transparansi dan akuntable. Tiga prinsip ini harus menjadi komitmen bersama agara MBS itu tetap berjalan.
"Partisipasi itu dengan melibat para guru dan komite sekolah atau stakehonders lainnya dalam memanajemen sekolah. Bila semua stake holders disekolah itu tidak terllibat, maka prinsip partispasi itu dikatakan tidak berjalan. Bila partisipasi tidak berjalan, bagamanan transparansi dan akuntable dilakukan dengan baik," kata Sobari.
Transparansi atau keterbukaan memegang peranan penting membangun kuliatas sekolah yang baik. Kepala sekolah harus transparan dan terbuka denga para guru dan komite sekolah. Semuanya harus bekerjasama, saling mendukung, hingga prinsip akuntable tercapai.
"Bila transparasi terbuka, maka akuntabilitas bisa tercapai dan kepercayaan masyarakat akan tumbuh. Dan 20 sekolah yang ikut MBS ini bisa menerapkan tiga hal ini,” harap Sobari.
Moch Solekhan, dari Lembaga Pengkajian Kemasyarakatan dan Pembangunan (LPKP) Jawa Timur, yang bertindak sebagai pemateri kedua sangat mendukung dan menyetujui tiga prinsip pengelolaah sekolah yang disebutkan pemateri sebelumnya.
secara mendalam, Solekhan menjelaskan, MBS itu sendiri secara umum bertujuan untuk meningkatkan kwalitas tata kelola sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dasar.
""Khusunya meningkatkan komitmen para pemangku kepentingan dalam pengembangan MBS secara partisipatif, transparan dan akuntable,” katanya.
Kemudian meningkatkan kapasitas pemangku kepentingan sekolah dalam perencanaan, penganggaran dan pelaporan secara partispatif, transparan dan akuntable. Meningkatkan kapasitas sekolah dalam pelaksanaan tata kelola program di sekolah, dan meningkatkan pola kemitraan komunitas melalui public swasta, kontribusi materi dan non materi.
Pembahasan MBS dalam semiloka itu terus berjalan. Bukan hanya informasi dari pembicara, informasi informasi dari peserta juga diperlukan dengan disedikannya waktu tanya jawab.
Untuk pengembangan MBS tersebut, dilakukanlah semiloka sehari yang dilaksanakan LPKP Jawa Timur bekerjasama dengan LSM Mitra atas dukungan Kinerja-USAID. Semiloka itu dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang sama tentang manajemen berbasis sekolah kepada seluruh stakeholders sekolah termasuk dua puluh sekolah yang akan dibina.
Daroi pantauan awak koran ini, semiloka yang dilaksanakan di Aula III Lantai Lima Kantor Satu Atap Bupati Bengkayang itu berlangsung selama satu hari, Jumat (20/1) dengan melibatkan kurang lebih empat puluh peserta dan para pemateri baik yang dari dalam Kabupaten Bengkayang atapun dari luar.
 (cah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar