BENGKAYANG. Kecamatan Suti Semarang berstatus kecamatan yang terisolir. Hal ini dikarenakan akses jalur daratnya masih rusak berat dan kendaraan roda empat tidak dapat menuju kesana. Dikarenakan akses transportasi darat yang sangat memprihatinkan, berpengaruh kepada harga barang yang naik dua kali lipat dari harga yang ada di ibu kota kabupaten.
Petrus Landuk, 40, Kades Suti Semarang mengatakan, apabila musim penghujan tiba tidak dapat keluar dari kampungnya menuju ibu kota Bengkayang. Hal ini dikarenakan jalan menuju Kecamatan Suti Semarang masih jalan tanah belum ada pengerasan.
Jarak dari Bengkayang menuju Suti Semarang hanya 52 kilometer saja, apabila musim kemarau hanya membutuhkan waktu 90 menit. Apabila musim penghujan membutuhkan 5 jam bahkan lebih. Kendaraan roda empat hanya dapat sampai di Kampung Mereseng saja.
“Dikarenakan mobil tidak dapat masuk ke Suti Semarang, dan pengaruh jalan yang rusak berat, harga barang dua kali lipat di Bengkayang. Harga semen di ibu kota 60 ribu per sak, di sini 120 ribu per sak. Begitu juga dengan yang lainnya,” terang bapak tiga anak ditemui di ruang kerjanya, Jumat (7/1).
Landuk menjelaskan, masyarakatnya giat dan ulet dalam bercocok tanam. Berhubung susahnya untuk menjual hasil pertanian di daerahnya, warganya hanya bekerja untuk mempertahankan hidup sedangkan untuk memperkayakan diri tidak ada pikiran dibenak masyarakat Desa Suti Semarang. Hal ini dikarenakan untuk mempertahankan hidup saja susah payah, apalagi untuk memperkayakan diri.
Ia mengungkapkan, tanah di Suti Semarang sangat subur dan gembur. Apabila menanam jagung, tidak perlu di pupuk sudah tumbuh subur. Masyarakat selama ini bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan hidup. apabilamenanam jagung, hanya untuk makan saja, apabila sudah bosan, jagung dibuang karena tidak ada harganya.
Sekilo jagung di pasaran terutama di ibu kota Bengkayang hanya berkisar 1700 sampai 2000 perkilo, sedangkan ongkos ojek dari Suti Semarang ke Bengkayang perkilo dua ribu. Mahalnya jasa ojek dikarenakan kondisi jalan yang rusak parah.
Sementara itu, Robert, warga Desa Suti Semarang yang di temui Equator mengungkapkan, kemiskinan di desanya bukan factor malas untuk bekerja tetapi keterisoliran terutama jalur transportasi. Hasil alam tidak dapat di jual keluar daerah karena kendala akses jalan.
“Pembangunan akses jalan dari Bengkayang ke Suti Semarang wajib diutamakan oleh Pemda Bengkayang. Wilayah kami dikategorikan terisolir dan terbelakang dikarenakan tidak adanya akses jalan yang memadai,” ungkap bapak berbadan gempal dan berkulit sawo gelap ini.
Bapak satu anak ini melanjutkan, jarak tempuh menuju kampungnya termasuk dekat dari ibu kota Bengkayang. Berhubung jalur transportasi terutama jalan darat yang belum memadai, sehingga membutuhkan waktu berjam-jam.
Kondisi jalan menuju Suti Semarang dari titik nol yakni Simpang Sentagi Luar sampai di Kampung Sebalo dengan jarak 12 kilometer sudah jalan aspal tetapi banyak lubang dan sempit serta rusak berat. Sisanya masih jalan tanpa pengerasan. (cah)
Petrus Landuk, 40, Kades Suti Semarang mengatakan, apabila musim penghujan tiba tidak dapat keluar dari kampungnya menuju ibu kota Bengkayang. Hal ini dikarenakan jalan menuju Kecamatan Suti Semarang masih jalan tanah belum ada pengerasan.
Jarak dari Bengkayang menuju Suti Semarang hanya 52 kilometer saja, apabila musim kemarau hanya membutuhkan waktu 90 menit. Apabila musim penghujan membutuhkan 5 jam bahkan lebih. Kendaraan roda empat hanya dapat sampai di Kampung Mereseng saja.
“Dikarenakan mobil tidak dapat masuk ke Suti Semarang, dan pengaruh jalan yang rusak berat, harga barang dua kali lipat di Bengkayang. Harga semen di ibu kota 60 ribu per sak, di sini 120 ribu per sak. Begitu juga dengan yang lainnya,” terang bapak tiga anak ditemui di ruang kerjanya, Jumat (7/1).
Landuk menjelaskan, masyarakatnya giat dan ulet dalam bercocok tanam. Berhubung susahnya untuk menjual hasil pertanian di daerahnya, warganya hanya bekerja untuk mempertahankan hidup sedangkan untuk memperkayakan diri tidak ada pikiran dibenak masyarakat Desa Suti Semarang. Hal ini dikarenakan untuk mempertahankan hidup saja susah payah, apalagi untuk memperkayakan diri.
Ia mengungkapkan, tanah di Suti Semarang sangat subur dan gembur. Apabila menanam jagung, tidak perlu di pupuk sudah tumbuh subur. Masyarakat selama ini bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan hidup. apabilamenanam jagung, hanya untuk makan saja, apabila sudah bosan, jagung dibuang karena tidak ada harganya.
Sekilo jagung di pasaran terutama di ibu kota Bengkayang hanya berkisar 1700 sampai 2000 perkilo, sedangkan ongkos ojek dari Suti Semarang ke Bengkayang perkilo dua ribu. Mahalnya jasa ojek dikarenakan kondisi jalan yang rusak parah.
Sementara itu, Robert, warga Desa Suti Semarang yang di temui Equator mengungkapkan, kemiskinan di desanya bukan factor malas untuk bekerja tetapi keterisoliran terutama jalur transportasi. Hasil alam tidak dapat di jual keluar daerah karena kendala akses jalan.
“Pembangunan akses jalan dari Bengkayang ke Suti Semarang wajib diutamakan oleh Pemda Bengkayang. Wilayah kami dikategorikan terisolir dan terbelakang dikarenakan tidak adanya akses jalan yang memadai,” ungkap bapak berbadan gempal dan berkulit sawo gelap ini.
Bapak satu anak ini melanjutkan, jarak tempuh menuju kampungnya termasuk dekat dari ibu kota Bengkayang. Berhubung jalur transportasi terutama jalan darat yang belum memadai, sehingga membutuhkan waktu berjam-jam.
Kondisi jalan menuju Suti Semarang dari titik nol yakni Simpang Sentagi Luar sampai di Kampung Sebalo dengan jarak 12 kilometer sudah jalan aspal tetapi banyak lubang dan sempit serta rusak berat. Sisanya masih jalan tanpa pengerasan. (cah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar